Sistem Klasifikasi Kualitas Kayu Cedar Menggunakan Algoritma Convolutional Neural Network
Tahapan penggabungan desain perangkat keras dan
desain perangkat lunak yang digunakan pada sistem klasifikasi kayu
cedar berbasis Algoritma Convolutional
Neural Network terbagi kedalam tiga proses yakni proses akuisisi citra,
proses training & classification serta proses indikasi
sistem yang di ilustrasikan pada gambar berikut:
Proses pertama memiliki tugas untuk
melakukan auto-capture dengan bantuan sensor ultrasonik yang akan mendeteksi
keberadaan kayu pada lintasan konveyor dan menjadikannya sebagai sinyal input
sistem. Sinyal tersebut dikirimkan kepada server
melalui arduino dengan metode komunikasi serial, kemudian server akan meneruskan perintah kepada webcam Logitech brio 4k
untuk melakukan capturing sebagai feed terhadap training & classification
system. Proses kedua memiliki tugas untuk melakukan pembelajaran terhadap
mesin dan mengklasifikasikan gambar yang telah di capture dengan proses ekstraksi fitur secara otomatis melalui layer
konvolusi, aktivasi dan max pooling.
Hasil dari pembelajaran yang dilakukan pada proses kedua kemudian di tampilkan
pada sistem indikator yang terdiri dari lima lampu LED dengan indikasi warna
berbeda yang menyimbolkan masing-masing kelas kayu.
Semua proses
pengiriman perintah antara device kontroler dengan server dilakukan menggunakan
metode komunikasi serial dengan ukuran kecepatan data sebesar 8 bit per second.
Kode deteksi maupun kode prediksi yang telah diproses oleh sistem harus
dikonversikan terlebih dahulu kedalam bentuk biner supaya dapat dengan mudah
dilakukan proses pentransmisian data secara seri.
1. Proses Akusisi Citra
Kayu cedar yang melaju pada lintasan konveyor
akan secara otomatis di-capture oleh
Logitech brio 4K atas intruksi dari server
yang telah menerima sinyal dari HC-SR04 yang difungsikan sebagai proximity sensors dan diintegrasikan
dengan arduino sebagai kontroler guna mendeteksi keberadaan objek. Capturing image dilakukan di dalam box
akuisisi yang memeiliki dimensi 27,6 cm x 23,6 cm x 30 cm dengan warna hitam
doff yang dilengkapi pencahayaan oleh LED strip pada bagian langit-langit
dengan intensitas cahaya sebesar 723 lux. Gambar yang di hasilkan memiliki
resolusi sebesar 640 x 480 pixel dengan karakteristik kayu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Karakteristik citra kayu.
Kelas
|
Gambar
|
Keterangan
|
A
|
|
Serat sangat banyak dan lurus, jarak serat sangat rapat hampir tidak
terlihat
|
B
|
|
Serat banyak, lurus dan agak tebal serta terlihat jarak antar serat
|
C
|
|
Serat terlihat dengan jelas, jarak antar serat jauh, serta beberapa
serat melintang
|
D
|
|
Serat terlihat jelas, jarak antar serat berjauhan dan pola melintang
|
E
|
|
Serat terlihat sangat jelas, pola serat acak cenderung tidak lurus
|
Gambar diatas
menunjukan hasil capture citra kayu
cedar tiap kualitas dengan background
hitam, brightness sebesar 26, kontras
sebsar 24 dan fokus kamera sebesar 14 dengan persentase zoom in sebesar 130%.
2. Proses Training & Classification
Pada step ini, citra hasil akuisisi akan
digunakan sebagai feed untuk layer
pertama pada arsitektur CNN, tapi sebelumnya perlu dilakukan pre-processing terlebih dahulu supaya
didapatkan kecocokan dimensi antara citra dan layer. Parameter kecocokan pada
algoritma CNN arsitektur VGG-16 yang di gunakan pada sistem klasifikasi kayu
kali ini adalah citra berbentuk persegi dengan dimensi berukuran 224x224x3
pixel. Berikut merupakan ilustrasi perhitungan sederhana dari operasi resizing
image.
P(q,r)
|
P(q+1,r)
|
P(q+2,r)
|
P(q,r+1)
|
P(q+1,r+1)
|
P(q+2,r+1)
|
P(q,r+2)
|
P(q+1,r+2)
|
P(q+2,r+2)
|
Gambar 3.17 mengilustrasikan sebuah citra dua
dimensi dengan ukuran 3x3 pixel yang memiliki variasi indeks berbeda. Pada
proses ini diambil sampel yaitu 4 pixel diantaranya P(q,r); P(q+1,r); P(q,r+1)
dan P(q+1,r+1). Asumsi Nilai yang akan diubah yaitu P(q,r), penetapan nilai
tersebut ditentukan berdasarkan rata-rata dari semua nilai pada 4 pixel terkait
dengan rumus seperti berikut:
Berdasar rumus
diatas, citra akan di ubah ukurannya menjadi lebih kecil seperti pada gambar 3.18.
Akan tetapi supaya gambar asli yang berbentuk persegi panjang bisa di-resize
menjadi gambar baru berbentuk persegi, maka perlu dilakukan proses tambahan
dengan cara memperbaiki aspek rasio pada gambar atau menambahkan padding pada
gambar yang baru yang akan di-resize. Untuk penambahan padding nya
sendiri dapat dilakukan dengan tiga cara yakni menyisipkan zero value pada tepi
dimensi, max value pada tepi dimensi ataupun menyisipkan nilai yang sama dengan
gambar pada tepi dimensi yang baru.
Setelah citra input
cocok dengan layer pertama CNN, selanjutnya dilakukanlah proses ekstraksi fitur
yang bertujuan untuk mengumpulkan ciri pada setiap kelas kayu.
2.1. Proses Ekstraksi Ciri
Tahap ini
proses pengumpulkan informasi dari masing-masing objek citra kayu terjadi.
Dalam algoritma convolutional neural
network proses ekstraksi ciri dilakukan secara otomatis pada tiga layer
utama pembentuknya yakni konvolusional layer, aktivasi layer dan pooling layer.
A. Konvolusional
Layer
Sebuah citra input yang telah dilakukan normalisasi
akan memiliki dimensi 224x224x3 pixel yang dikonvolusikan dengan sebuah
vertikal filter berbentuk persegi dengan ukuran 3x3 dengan total ebanyak 64
filter yang digunakan dan menghasilkan sebuah citra baru yang mengandung salah
satu ciri tertentu dari citra aslinya dengan ukuran volume citra dapat dihitung
melalui rumus berikut:
Berdasarkan rumus diatas, citra baru hasil
konvolusi dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar 3.19 merupakan representasi visual satu
kanal warna dari operasi konvolusi 2D yang dilakukan terhadap salah satu
filter/karnel berukuran 3x3 pixel pada layer konvolusi. Berdasarkan hasil riset
didapat total feature maps pada layer
konvolusi pertama dengan dimensi input 224x224x3 berjumlah 64 fitur. Kemudian
step kedua dalam proses ekstraksi fitur adalah dengan melakukan aktivasi
terhadap output dari konvolusional layer.
B. Aktivasi Layer
Dengan menggunakan ReLu sebagai fungsi aktivasinya, maka output negatif
pixel akan dengan otomatis digantikan dengan nilai nol dan nilai pixel
sebenarnya akan dibiarkan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
ReLu = max (y,0) (3.3)
Dengan
mengimplementasikan rumus diatas kedalam output dari konvolutional layer, maka
citra baru akan terbentuk.
C. Pooling Layer
Untuk
memperjelas fitur, maka diperlukan operasi pooling pada citra yang telah
diproses oleh layer aktivasi. Caranya yakni melakukan down-sampling dari setiap pixel
pada citra dengan mengimplementasikan rumus:
Pooling
= max (y,0) (3.4)
Dengan
menerapkan rumus 4 pada citra output aktivasi layer, maka akan diperoleh citra
baru yang telah dilakukan down sampling
seperti gambar 3.21.
Gambar 3.21 merupakan visualisasi dari proses down sampling, yang dapat memperjelas
fitur. menyebabkan penyusutan pixel dan mempercepat proses komputasi pada proses
klasifikasi.
3. Proses Training
Setelah ciri pada semua kelas objek diekstraksi
dan dikumpulkan selanjutnya dilakukanlah proses training supaya sistem menjadi pintar dan dapat membedakan setiap
kelas kayu yang dipindainya. Caranya yakni dengan melakukan updating weight secara terus menerus sampai losses bernilai nol dengan acuan perhitungan sebagai berikut:
Berdasarkan rumus 3.6 jika Y dan bernilai sama, maka loss function akan bernilai nol, sehingga ketika dikalikan dengan
berapapun nilai learning rate-nya
akan membuat weight baru bernilai samadengan
weight lama. Sehingga dapat diketahui
bahwa performasi suatu sistem klasifikasi kayu detentukan dengan memperhatikan
parameter training CNN yang meliputi learning
rate, batch size, epoch dan optimizer.
3.1. Proses Klasifikasi
Dalam
melakukan prediksi dalam proses klasifikasi multiclass
system, dibutuhkan fungsi softmax
classifier untuk dapat mengkategorikan setiap kelas kayu yang ada. Fungsi
tersebut digunakan pada MLP dengan range
predict antara 0 dan 1 dengan total probabilitas adalah sama dengan 1. Hal tersebut tentu sangat penting dalam melakukan
evaluasi prediksi kelas pada suatu model pembelajaran mesin. Berikut merupakan
formulasi yang digunakan agar setiap probabilitas multiclasses memiliki
jumlah sama dengan 1:
Notasi fj menunjukkan hasil fungsi untuk setiap
elemen ke-j pada vektor keluaran kelas. Argumen y adalah hipotesis yang
diberikan oleh model pelatihan agar dapat diklasifikasi oleh fungsi Softmax.
4. Sistem Indikator
Indikator yang digunakan berupa lampu LED yang
akan menyala berdasarkan sinyal dari server. Sinyal predict akan dikirimkan
menuju arduino yang telah di integrasikan dengan relay dan lampu LED
menggunakan komunikasi serial.
Sinyal yang
dikirimkan berupa kode abjad berdasarkan kelas masing-masing kayu dengan
ketetapan : Kode “A” untuk lampu merah, Kode “B” untuk lampu kuning, kode “C”
untuk lampu putih, kode “D” untuk lampu hijau dan kode “E” untuk lampu biru.
0 Response to "Sistem Klasifikasi Kualitas Kayu Cedar Menggunakan Algoritma Convolutional Neural Network"
Post a Comment